TENTANG SAYA :

Foto saya
BATAM, KEPULAUAN RIAU, Indonesia
humoris, mudah bergaul, suka jalan-jalan, suka diskusi, suka nyanyi (untuk diri sendiri..he..he), dan pastinya suka ditraktir...???

Pulang Kampung

Pulang Kampung
KA.Purwojaya membawa isteri dan anak-anaku dari Jakarta ke Cilacap

Mejeng di Pantai Teluk Penyu Cilacap

Mejeng di Pantai Teluk Penyu Cilacap
Aku dan anaku menyempatkan diri mejeng di Pantai Teluk Penyu Cilacap (saat Pulang Kampung)...ingat masa-masa kecil dulu

Aku dan Taufik Hidayat

Aku dan Taufik Hidayat
Taufik Hidayat berkesempatan foto bareng aku saat diadakan Simulasi Tim Piala Thomas yang diadakan di Hall Bulutangkis Orchird Park - Batam Centre

Senin, 02 Februari 2009

ZIARAH KUBUR


Membahas kembali permasalahan ziarah kubur menimbulkan kekhawatiran dalam diri penulis akan hadirnya kembali memori buruk sejarah ke-Islaman di Indonesia, dan juga di banyak wilayah Timur Tengah. Dalam masalah ini, ada dua mazhab dalam Islam yang masing-masing mewakili satu kutub dari dua kutub yang saling berseberangan. Di Indonesia, dua kelompok itu adalah Muslim Tradisionalis (diwakili oleh NU), dan Muslim Modernis (diwakili oleh Muhammadiyah). Dan di sejumlah wilayah Timur Tengah, perseteruan masalah ini diwakili oleh kelompok Sufi-Tadisionalis dan kelompok Salafy.

Untuk itu, harus diingatkan sejak menit pertama memasuki pembahasan ini, agar masing-masing kelompok menepikan fanatisme; menerima perbedaan; mengedepankan dialog terbuka; memahami pendirian dan pendapat kelompok lain; dan melihat permasalah ini dalam persepektif soal-soal furû' (menyangkut fikih) dan bukan ushul (tauhid), di mana perbedaan mengenainya bukan merupakan niqmah (mala petaka), akan tetapi justru merupakan ni'mah (kenikmatan) bagi umat. Ikhtilâful Aimmah rahmah wa ittfâquhum hujjah, perbedaan di antara imam-imam umat Islam adalah rahmat, dan kesepepakan di antara mereka adalah hujjah atau dalil.

Alam Barzakh

Al-Barzakh arti lughawy-nya (secara bahasa) adalah penghalang antara dua perkara (al-hâjiz bayna syay`ayn), dan arti syar'i-nya (secara Syari'at) adalah alam yang berada di antara dunia dan akhirat, dimulai dari kematian hingga kebangkitan (al-ba'ts).

Sejumlah dalil dari al-Quran dan Hadits menunjukkan keberadaan alam ini. Di antaranya yang paling masyhur adalah adanya siksa kubur bagi mereka yang tidak berbakti kepada perintah-perintah Allah swt dan kenikmatan-kenikmatan yang Allah swt berikan bagi mereka yang saleh, mentaati perintah-Nya, dan menyayangi sesama manusia. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. (QS. 'Âli 'Imrân 3:169).

Dengan demikian, manusia yang telah menginggal dunia bukan "mati" seperti layaknya benda-benda yang tak bernyawa. Ia hanya berpisah dari jasad, lalu menempati alam yang lain. Oleh karena itu, ia bisa mendengar, melihat dan merasakan. Tidak ada beda antara muslin dan non muslim.

Hanya saja, kehidupan alam barzakh tidak bisa digambarkan seperti kehidupan di dunia. Ia memiliki logikanya sendiri yang tidak bisa kita mengerti persisnya. Kehidupan yang kita mengerti adalah kehidupan ruh yang masih menyatu dengan jasad. Sementara alam barzakh adalah kehidupan ruh murni, 'âlamul arwâh. Bagi jiwa yang beriman, alam barzakh adalah alam kebahagiaan, ketenteraman, keimanan, dan beribadah: alam ruh yang memancarkan cahaya.

Nabi Muhammad SAW memberitahukan kehidupan alam ini dalam peristiwa perang Badar: beliau memerintahkan untuk mengebumikan dua puluh empat pemimpin Quraisy ke dalam salah satu galian di lembah Badar. Lalu beliau memanggil nama-nama mereka, "Wahai Abu Jahal, wahai Umaiyah bin Khalaf, wahai 'Utbah bin Rabi'ah, wahai Syaybah bin Rabi'ah, wahai fulan bin fulan .. !! Tidakkah kaliah telah mendapati apa yang yang dijanjikan oleh Tuhan kalian sebagai suatu kenyataan? Sesungguhnya saya telah mendapati apa yang dijanjikan oleh Tuhanku sebagai suatu kebenaran".

Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullâh, jasad-jasad yang tak bernyawa itu tak satupun yang mampu berbicara." Rasulullâh saw menjawab, "Demi Zat yang menguasai diriku, kalian tidak lebih mendengar daripada mereka, hanya saja mereka tidak (mampu) menjawab". HR. Bukhari-Muslim.

Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad SAW menjelaskan, bahwa seorang mayat mampu merasakan kehadiran para pengiringnya ke liang kubur, "Sesungguhnya sorang mayat mendengar suara sandal-sandal para pelayatnya di saat mereka melangkah pulang".

Ziarah Kubur

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa pada hakikatnya, seorang mayat adalah "hidup", walau dengan logika kehidupannya sendiri. Ia mampu mendengarkan pembicaraan kita dan merasakan kehadiran kita, walau ia tidak lagi berbicara dengan bahasa dan suara yang dapat kita pahami.

Karena itu, ziarah kubur bukan mengunjungi benda mati, berupa nisan. Kuburan hanyalah tempat peristirahatan terakhir seseorang. Tak lebih dan tak kurang. Kuburan tak memiliki arti sama sekali tanpa adanya seseorang yang dimakamkan di situ. Ziarah kubur adalah ziarah kepada mayat itu sendiri, yang seperti penulis paparkan, ia juga hidup seperti kita.

Kesalahan dalam memahami ziarah kubur bisa berakibat menajamnya perselisihan antar umat Islam. Banyak di antara kita yang beranggapan, bahwa ziarah kubur adalah mendatangi kuburan itu sendiri, benda mati yang tak mampu memberi kemanfaatan maupun kemadharatan. Mereka tak memahaminya sebagai rumah: kita mengunjungi rumah orang tua kita yang masih hidup, bukan demi rumah itu sendiri. Akan tetapi untuk mengunjungi orang tua kita yang bertempat tinggal di situ.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan akan hal ini, "Tak seorangpun melewati kuburan saudaranya seiman yang ia kenal di dunia, lalu ia mengucapkan salam kepadanya, kecuali ia mengenalnya dan menjawab ucapan salamnya" (Fatâwa Ibn Taymiyah).

Anjuran Rasulullâh SAW untuk ziarah kubur harus dipahami dalam persepektif ini. Sabda Rasulullâh, "(Dulu) saya melarang kalian menziarahi kuburan, maka (sekarang) ziarahlah ke kuburan, karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada akhirat" (HR. Muslim).

Menghormati Mayat

Jika ziarah itu sendiri telah mendapat izin dari Rasulullâh SAW, bahkan kalimat akhir dari Hadits di muka memberi kesan anjuran, maka yang perlu diperhatikan adalah etika berziarah. Karena banyak dari peziarah kubur tidak memperhatikannya, sehingga ia keluar dari nilai-nilai agama. Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar dalam berziarah hendaknya dengan memperhatikan kehormatan mayat. "Turunlah dari atas kuburan, jangan sakiti pemilik kuburan itu, dan ia tidak (akan) menyakiti dirimu". (Majma' Zawâid).

Sejumlah ulama juga mengingatkan untuk bertingkah sopan di dalam berziarah: tidak memeluknya, tidak menciumnya dan juga tidak perlu mengusap-usap nisannya. Semuanya itu bertentangan dengan rasa menghormati mayat. Wallâhu A'lam.

OLEH : Abdul Ghofur Maimun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar